Roro Gwendut & Joko Mangkir
Adipati Putupitupatipit, penguasa desa Trengnyengnyeng, sangat murka. Pasalnya, ia mendapat laporan bahwa istinya, Nyai Roro Gwendut berseligkuh dengan pemuda asal desa Ujungilulinalinut. “Pemuda itu bernama Joko Mangkir, usia baru 22 tahun. Dan gosipnya, dia mendekati Nyai Roro Gendut hanya untuk menikmati harta kekayaan Nyai Roro…” begitu kira-kira isi laporannya.
“Sudah kuduga! Mana mungkin ada yang tertarik dengan wanita gendut itu! Brani-braninya dia mendekati istriku demi harta! Dasar cowok matre!”sambil memelintir kumisnya yang panjang dan hitam lebat, Adipati Putupitupatipit memikirkan rencana membalas dendam.
Padahal kalau mau jujur, sebenarnya Adipati Putupitupatipit juga sudah tidak berminat lagi dengan istrinya itu (kegendutan, beratnya aja 125kg!). Ia berniat akan menikah lagi dengan gadis simpanannya selama 2 tahun ini. Rencananya nanti malam ia akan membicarakan tentang hal ini. Tapi istrinya malah “lebih dulu”memberitakan perselingkuhannya dengan pemuda seberang. Egonya sebagai lelaki muncul, tidak terima diselingkuhi istri. Dengan darah menggelegar dalam tubuhnya, ia mengumpulkan semua panglima istana dan merencanakan menyerang desa Ujungilulinalinut.
---
Di gubugnya yang berukuran 4 x 4 meter, setelah menikmati kebersamaan yang terlarang, Joko Mangkir tertidur lelap di atas perut Nyai Roro Gwendut yang mendengkur. Perutnya yang berlipit-lipit lemak, turun naik seiring irama nafasnya, membuat kepala Joko Mangkir juga ikut-ikutan turun naik. Dalam tidurnya, Joko Mangkir bermimpi sedang berlayar dan terombang-ambing di laut lepas.
Tiba-tiba suara ribut-ribut diluar gubungnya membuat Joko Mangkir terjaga tapi tidak bagi Nyai Roro Gwendut, malah dengkurnya terdengar makin keras. Belum lagi nyawanya bersatu, tiba-tiba: “GUBRAKKK!!!” Pintu gubugnya terbuka dengan paksa. Joko Mangkir kaget bukan main. Sambil ngelap ilernya yang netes, dia segera berpakaian. Saat itulah Adipati Putupitupatipit masuk dan melihat pemandangan yang membuatnya semakin murka. Nyai Roro Gwendut dengan tubuh setengah bugilnya (hanya tertutup kain panjang, itupun cuma bagian bawah, bagian dadanya terbuka-ka-ka!) tidur dengan pulas dan mendengkur!! “Duh, Gusti!! Ro Gwennnn…!!!” teriak Adipati Putupitupatipit. Tapi Nyai Roro Gwendut tidak bergeming, malah menarik kain panjangnya ke atas dadanya dan melanjutkan dengkurannya.
“…Ma-maa-maaf, Tuan Adipati…Ini bukanlah seperti yang Tuanku kira…” dengan muka pucat, Joko Mangkir mencoba menjelaskan. Sambil melirik sinis pada Joko Mangkir, Adipati Putupitupatipit berkata, “Dasar bocah ingusan tidak tahu malu!”.
Adipati Putupitupatipit mencabut keris pusaka leluhur dari pinggangnya. Melihat keris mas yang berukuran sejengkal tangan manusia itu, Joko Mangkir makin ketakutan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa keris emas leluhur itu mampu mengorek semua isi perut hanya dengan sekali tusuk. Joko kalang kabut, dia gak mau mati muda! Tinggal selangkah lagi, tabungan hasil ‘morotin’ Nyai Roro Gwendut - istri yang haus kasih sayang dan tajir abis - maka masa depan menjadi orang kaya bukanlah mimpi.
Dengan tatapan mata yang penuh dendam, sambil mengenggam keris emas pusaka Adipati berjalan mendekati Joko Mangkir. Joko Mangkir mundur selangkah demi selangkah hingga tiba di sudut ruangan. “Mau lari kemana, kau bocah tengik! Tak tahu malu berzina dengan wanita yang seharusnya menjadi ibumu! Hari ini juga, tamat riwayatmu!!”dengan gerakan perlahan tapi pasti (slow motion) Adipati mengarahkan keris ke dada Joko Mangkir.
Tepat saat ketika keris emas berjarak lima senti meter dari tubuh Joko Mangkir, tiba-tiba Nyai Roro Gwendut bangun dan berlari ke arah Joko Mangkir, brondong digandrunginya. Bagai seorang pahlawan, Nyai Roro Gwendut melindungi Joko Mangkir dengan tubuhnya yang hanya terbungkus celana dalam, karena kain panjang batik yang dipakainya melorot ketika ia bangun dan lari tergesa-gesa.. Tak dapat dielakkan, keris emas yang tadinya diarahkan ke dada Joko Mangkir, kini mengenai perut Nyai Roro Gwendut. “Ro Gwennnn….!!!” teriak Adipati Putupitupatipit menyaksikan tubuh istrinya rebah di lantai.
Detik-detik setelahnya, berlalu dengan keheningan yang mencekam. Adipati Putupitupatipit termangu. Joko Mangkir terpaku di pojok. Sepuluh menit kemudian, suasana hening itu tiba-tiba buyar oleh suara tawa, “Huahahhaha….!”Roro Gwendut tiba-tiba bangkit dari lantai. Tawanya mengguncang perut, dadanya dan lipitan lemak di tubuhnya. Adipati Putupitupatipit makin terngaga, ia mengira keris pusaka terhunus di tubuh istrinya, tapi ternyata keris itu tersembunyi diantara lipatan lemak perut Nyai Roro Gwendut! Adipati Putupitupatipit pingsan seketika. Nyai Roro Gwendut mengambil kesempatan ini untuk melarikan diri bersama Joko Mangkir…
0 Comments:
Post a Comment
<< Home